Cerpen Diam Kepedihan



Kepalan tangan yang berisi permen kiss dengan kata I MISS YOU aku siapkan untuk dirinya yang sedang bercanda tawa dengan temannya, aku tersenyum dan aku berharap dengan jawaban dia untukku, aku berharap dia memiliki peerasaan yang sama denganku, ya meski aku sadar bahwa aku tidak pantas mengatakannya karena aku ini perempuan, tapi dengan keyakinan aku ingin mengatakannya.

Detak langkah mengiringi pikiranku, pikiranku yang sedang berfikir reaksi dia di hadapanku nanti, dan kakiku pun berhenti, aku benar benar melihat reaksi dia di benakku, kekecewaanku pada diriku mulai terbisik bisik pada jemariku, aku benar benar tidak berani dan tanganku pun mulai mendingin "tia, kamu kenapa?" tanya ayu yang datang tiba tiba dari arah belakangku, "eh ayu, enggak yu. Tapi yu, aku minta tolong sama kamu, berikan permen kiss ini untuknya, jujur aku tidak berani" dengan jujur aku mengatakannya pada sahabat karibku, dengan tersenyum lega ayu memberi respon untukku "iya tia, mana permen nya" "ini yu, makasih ya udah mau nolongin aku" ayu pun segera menghampiri arif yang sedang berdiri di samping pohon itu, dan aku pun pergi bersembunyi untuk memastikan dia menerimanya.

Karena aku tidak ingin melihatnya, aku pun pergi meninggalkan tempat itu, aku takut hasilnya mengecewakan, aku hanya penuh harap semoga dia menerimanya, setelah lama dari itu aku tidak langsung menanyakan pada ayu, rasa ketakutan masih menyelimutiku namun dari ujung sana ayu yang berlari lari dengan senyuman gigi gingsulnya dia penuh semangat "tia, arif menerimanya" awalnya aku tidak percaya dengan semua itu, aku pun mulai tersenyum ceria dan berhasil mengangkat jiwa dari kegalauan.
"ayu, rasanya aku masih tidak nyangka, ternyata dia menerima permen itu dari aku" "iya tia, selamat yah" ayu tersenyum menghibur hatiku, "tapi yu, gimana kalau dia membuang permen itu?" hatiku masih saja tidak tenang dengan semua itu, "eu, gak tau tuh tia" "aduh yu, tolong tanyain dong, please!" aku pun meminta ayu untuk menanyakannya. "arif, arif yang kecil tadi di buang gak?" "apa?" "yang kecil, merah" "oh, engga kok!" aku pun semakin tersenyum dengan perkataannya.

Hari sabtu yang mendung, aku ucapkan salam kebahagiaan untuk dunia, walaupun cuaca tidak mendukung, hati ini tetap ceria dengan kejadian kemarin di hari jum'at, pagi yang dingin itu tidak membuat patah semangat untuk menuju sekolah, setelah aku datang di sekolah, wajah cerah yang selalu ayu gunakan kini sebaliknya dari itu, aku coba untuk menyapa ayu "ayu kenapa?" "tia, ada kabar menyedihkan?" "apa?" "kata aenun, permennya diminta sama adi, dan ternyata arif malah memberikannya." Aku pun menerima kabar tersebut dengan expresi datar saja, walau hati agak kecewa tapi aku mencoba menenangkan diri ini, "ya sudah yu, meskipun menyedihkan, ayu jangan sedih orang itu masalah aku kok." "aku hanya ingin kamu senang saja tia, kamu tetap sabar ya" "iya ayu bawel, aku selalu sabar"
Kutulis dalam diary malam Minggu, 13 Oktober 2013"apa mungkin harus ku ungkapkan langsung kepadanya? Tapi kenapa waktu yang menjadi hambatan semua itu. Apa harus aku menunggu waktu tuk menjawab semua ini? Tapi menurutku aku terlalu pedih mendalami cerita cintaku padanya, apalagi ditambah hari hari yang akan datang. Tuhan tolong sampaikan padanya, aku sayang, cinta padanya, sungguh."

Hembusan angin sepoi sepoi seakan mendinginkan batang tubuh ini yang telah terbakar oleh sorotan sinar matahari yang begitu terang benderang. namun aku masih berdiri di atas lapangan basket sekolahku, dirinya yang berdiri di hadapanku diam membeku seakan bisu tanpa kata. aku yang beranjak menghentikan nafasku dan menghembuskan nafas kepedihan melihat matanya yang sungguh membingungkan hati ini.

Sesaat kupejamkan mata ini dan ku lihat wajahnya kembali, begitu berdebar hati ini melihat dirinya yang hanya diam membisu tiada kata yang dia persembahkan, ku coba mengatakan satu kata, namun berat seperti merangkul bumi ini, dan telah beberapa menit dari ini, aku pun memberanikan diri untuk mengucapkan sebuah kata "arif, kamu pasti sudah tahu kan dari teman teman kamu dan aku, bahwa aku itu suka sama kamu dan semuanya susah untuk dilupakan, karena cinta ini benar benar anugrah dari Tuhan yang terbaik, mungkin cinta ini Tuhan titipkan memang untuk dijaga baik baik, namun aku tahu kau tidak seperti yang aku rasakan saat ini, tapi aku mohon kamu menyadarinya, jangan buat hati ini kecewa" saat ku melihat matanya kembali ku sadar, dalam hatinya dia tidak begitu paham dengan apa yang aku katakan.

Dalam keheningan aku pun berbalik dan pergi menjauhi arif yang masih membisu di tengah lapang basket yang gersang itu. mungkin cinta ini tak akan terbalaskan olehnya meski dalam mimpi khayalanku.
Ku menangis menelusuri hari hari yang begitu sulit aku hindari dari kepedihannya, mencintaimu adalah suatu rintangan yang harus aku hadapi di sela sela umurku di dunia ini. mungkin dengan diamnya dia tanpa kata, ungkapan sesal untukku, dan walau susah aku akan meninggalkannya.

Cerpen Karangan: Tia Puspariani


No comments:

Post a Comment

Informations From: Omnipoten

Featured post

Melihat Melalui Mata yang Berbeda

Melihat Melalui Mata yang Berbeda Aku melihat melalui matamu. Dan ketika saya melakukannya, dunia semuanya biru, ungu dan hijau. Warnanya s...